Impianku
“When the legends die, the dreams end; there is no more greatness. –
Ketika legenda sudah mati, tentu impian-impian itu juga sudah berakhir; tak
akan ada lagi kejayaan.”
~ Tecumseh of the Shawnees
Setiap orang mempunyai impian.
Masing-masing orang tentu memiliki impian berbeda-beda. Ada yang mempunyai
impian menjadi miliarder papan atas di dunia, mempunyai bisnis yang besar,
mempunyai yayasan sosial yang besar dan canggih, berpengaruh dan terkenal di
seluruh jagat, menjadi profesor ternama, menemukan mesin spektakuler, menjadi
pelawak terkenal di seluruh dunia, mendapatkan pasangan hidup yang kaya dan
terkenal dan lain sebagainya.
Impian itu merupakan hal besar
yang mungkin mustahil diwujudkan bila dilihat dalam kondisi Anda sekarang ini.
Tetapi sebenarnya impian merupakan langkah menuju sukses yang teramat penting.
Tentang apakah impian tersebut terwujud atau tidak semuanya ada di tangan Anda
sendiri.
Ada yang lebih cepat mewujudkan
impian, ada pula yang lambat, bahkan ada yang tidak berhasil karena tidak
melakukan langkah apa pun untuk mewujudkan impian tersebut. Ibarat Anda
mengendarai mobil menuju sebuah tujuan yaitu impian tadi, terkadang lebih cepat
sampai atau lebih lambat karena kondisi jalan berkelok, bergelombang atau
banyak batu sandungan. Tak jarang diantara kita tak pernah sampai ke tempat
tujuan karena hanya menggerutu dan mengutuk kondisi medan jalan yang sulit
ditempuh atau terlalu lama tidur di tepi jalan.
Umumnya setiap proses menuju
impian terasa tidak begitu mudah dilalui. Ada saja tantangan meskipun Anda
sudah melakukan yang terbaik, sehingga membutuhkan usaha yang berulang-ulang,
perhatian dan perjuangan ekstra. Tantangan tersebut bukanlah kegagalan. Bahkan
bila kita cermati, tantangan itu membentuk diri Anda menjadi lebih baik dalam
berbagai hal.
Jadi jangan mudah putus asa dan
kehilangan keberanian untuk mencoba lagi mewujudkan impian. Tingkatkan kemauan
Anda. Maka pintu kesempatan untuk mewujudkan impian akan selalu terbuka lebar.
Teman saya sebut saja Joni, teman saya semasa SMA
begitu mencintai dunia bisnis dan bermimpi untuk mengabdikan hidupnya di dunia
tersebut. Beberapa tahun kemudian usahanya berkembang pesat dan menggurita.
Hidupnya bergelimang kesuksesan.
Namun di usia 40 tahun ia
tersadar akan impiannya mengabdi di dunia pendidikan. Sehingga ia memutuskan
untuk kembali menempuh pendidikan. Kemudian ia berhasil menyelesaikan
pendidikan S2 dan S3. Saat ini ia sudah menjadi seorang profesor di sebuah
universitas ternama di Malaysia. “Setelah mengelilingi seputaran, baru aku
temui diriku yang sebenarnya. Kini aku memulai kehidupanku yang baru,” katanya.
Sebenarnya masih banyak lagi
contoh orang-orang yang sudah berhasil meraih impian. Jika mereka berhasil,
lalu mengapa sebagian besar diantara kita belum mencapainya? Seperti yang sudah
saya singgung tadi, jawabannya adalah karena kita belum melaksanakan tindakan
untuk menjemput impian tersebut. Tindakan yang saya maksud adalah melakukan
sesuatu untuk mendekatkan diri pada tujuan. Jika tidak dapat melakukan tindakan
secara lebih cepat, Anda dapat memulainya secara perlahan. Tetapi pastikan Anda
selalu melakukan sesuatu untuk tiba pada impian itu.
Belajar dari salah seorang teman
saya yang bermimpi suaminya kelak adalah pria yang sukses dalam karir dan
mencintai dirinya sepenuh hati. Oleh sebab itu ia sangat berhati-hati memilih
teman dekatnya. Sampai-sampai mayoritas teman-teman dan kerabatnya pesimis,
karena di usia sudah memasuki 30 tahun ia belum menemukan pendamping.
Tetapi kemauannya begitu kuat dan
tidak pernah putus asa mencari sekaligus menunggu. Di usia 35 tahun barulah ia
berhasil menemukan pria yang dia impikan. Meskipun agak terlambat, tetapi ia
berhasil mendapatkan apa yang sangat ia dambakan. Bahkan sekarang kebahagiaannya
semakin lengkap setelah dikaruniai seorang anak lelaki.
Selain tindakan, untuk sampai
kepada impian juga butuh sikap konsisten. Artinya Anda siap menghadapi
tantangan dalam proses pencapaian impian, sekalipun Anda harus keluar dari zona
nyaman. “In Dreams Begin Responsibilities. Tanggung jawab bermula dari sebuah
impian,” kata Delmore Schwartz. Sekali Anda bersikap konsisten, maka Anda akan
selalu menemukan kekuatan untuk terus melanjutkan perjuangan hingga tiba pada
tujuan.
Seperti teman saya lainnya sebut
saja Desi, meskipun baru berusia 30 tahun ia mempunyai karir sangat cemerlang
dan mempunyai keluarga yang harmonis. Hidupnya sukses dan bahagia. Tetapi ia
masih mempunyai impian untuk menyelesaikan pendidikan sarjana yang tertunda
sejak 7 tahun yang lalu.
Demi mengejar impian tersebut ia
tidak segan keluar dari zona nyaman. Sebagaimana Jiminy Cricket menyatakan,
“When your heart is in your dreams, no request is too extreme. – Ketika impian
itu tertanam di hati Anda, tak kan ada yang terasa berat untuk dilakukan.” Oleh
sebab itu, Desi justru menikmati aktivitasnya belajar di sebuah universitas
swasta di Jakarta dua kali dalam satu minggu. Sesampainya di rumah ia juga
masih menyempatkan diri untuk belajar. Motivasinya semata-mata hanya ingin mengejar
impian yang tertunda, bukan sekedar mencari selembar ijasah atau tergiur posisi
lebih strategis di kantor setelah mendapatkan gelar sarjana nanti.
Impian mungkin hanya merupakan
khayalan belaka. Tetapi jika impian tersebut disertai dengan tindakan, sikap
konsisten, dan kemauan untuk berjuang keras meskipun harus keluar dari zona
nyaman ditambah dengan rasa syukur dan doa maka akan menjadikan diri kita lebih
pintar, kreatif dan kehidupan kita lebih terarah. Jika Anda ingin meningkatkan
produktivitas diri dan kualitas kehidupan, maka pastikan Anda mempunyai impian
dan berusaha maksimal untuk mengejarnya.
So, mudah-mudahan dapat menjadi bahan pelajaran dari impian setiap orang terdekat kita. Semoga kita dapat menggapai semua impian kita satu persatu. Amin